Friday, September 14, 2012

Nikmat melihat Rabb

أشهد أن لا اله الا الله و أشهد أن محمدا رسول الله
 bahwa Rasulullah walaupun secara dzahir telah wafat namun beliau tetap hidup sebagaimana para Syuhada dan orang-orang lain disisi Allah Azza wa Jalla sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (syuhada), (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (QS Al Baqarah [2]: 154 )
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah (syuhada) itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS Ali Imran [3]: 169)
Manusia yang hidup di sisi Allah Azza wa Jalla adalah orang-orang yang istiqomah pada jalan yang lurus dan telah dianugerahi  ni’mat atau mendapat rezeki yakni para Nabi, para Shiddiqin, para Syuhada dan orang-orang sholeh
Tunjukilah kami jalan yang lurus” (QS Al Fatihah [1]:6 )
(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka….” (QS Al Fatihah [1]:7 )
Dan barangsiapa yang menta’ati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni’mat oleh Allah, yaitu : Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya .” (QS An Nisaa [4]: 69

Mereka menyampaikan bahwa kami telah menterjemahkan saja kata  ‘hidup’  dan memahaminya dengan serampangan apa adanya.
Kemudian mereka sampaikan bahwa setelah manusia wafat tidak ada lagi amal sholeh, tidak ada lagi dapat bermunajat kepada Allah ta’ala. Termasuk mereka tidak meyakini akan kisah Rasulullah memohonkan ampunan kepada Allah untuk Arab Badui.
Mereka sampaikan sebagai dalil hadist yang diriwayatkan Imam Muslim
Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub dan Qutaibah -yaitu Ibnu Sa’id- dan Ibnu Hujr mereka berkata; telah menceritakan kepada kami Isma’il -yaitu Ibnu Ja’far- dari Al ‘Ala’ dari Ayahnya dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.” (HR Muslim 3084)  Link: http://www.indoquran.com/index.php?surano=26&ayatno=11&action=display&option=com_muslim
Pendapat atau pemahaman mereka terhadap hadits tersebut
Hadits tersebut menjelaskan bahwa seseorang yang telah wafat sudah tidak dapat lagi beramal sholeh sebagaimana amal sholeh yang dilakukan oleh mereka-mereka yang masih hidup. Hadits tersebut melengkapi penjelasan tentang kondisi pasca kematian, baik terhadap para Syuhada ataupun bagi kaum muslimin secara keseluruhan. Hanya para Syuhada yg dinyatakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala  dalam ayat-Nya bahwa mereka ‘hidup’,  bagi beberapa golongan ayat. Dalam hal ini mereka yang telah wafat tidak dapat lagi bermunajat dan memohon ampunan dosa baik untuk diri pribadinya apalagi untuk orang lain. Mereka yg telah wafat hanya bersifat pasif mendulang pahala dari investasi amal shalehnya ketika ia masih hidup didunia dan pahala dari doa anak-anaknya yang shaleh. Dalam hal ini termasuk doa dari kaum muslimin yg masih hidup yang mendoakannya”.
Biasanya kami yang mengingatkan mereka untuk tidak “menterjemahkan saja” ayat-ayat mutasyabihat secara dzahir karena dapat menyebabkan kekufuran dalam i’tiqod (akidah) sebagaimana yang disampaikan oleh
Imam Ahmad ar-Rifa’i (W. 578 H/1182 M) dalam kitabnya al-Burhan al-Muayyad, “Sunu ‘Aqaidakum Minat Tamassuki Bi Dzahiri Ma Tasyabaha Minal Kitabi Was Sunnati Lianna Dzalika Min Ushulil Kufri”
“Jagalah aqidahmu dari berpegang dengan dzahir ayat dan hadis mutasyabihat, karena hal itu salah satu pangkal kekufuran”.
Imam besar ahli hadis dan tafsir, Jalaluddin As-Suyuthi dalam “Tanbiat Al-Ghabiy Bi Tabriat Ibn ‘Arabi” mengatakan “Ia (ayat-ayat mutasyabihat) memiliki makna-makna khusus yang berbeda dengan makna yang dipahami oleh orang biasa. Barangsiapa memahami kata wajh Allah, yad , ain dan istiwa sebagaimana makna yang selama ini diketahui (wajah Allah, tangan, mata, betempat), ia kafir secara pasti.”
Namun dari apa yang mereka sampaikan tidak satupun menjelaskan makna lain dari “hidup” para Syuhada atau mereka berkeyakinan bahwa Rasulullah tidak layak “hidup” sebagaimana para Syuhada
Intinya mereka berpemahaman setelah manusia wafat tidak lagi ada amal perbuatan. Mereka belum memahami tentang apa yang terjadi dengan orang yang telah wafat dan apa bedanya orang-orang yang mulia di sisi Allah Azza wa Jalla dengan orang-orang pada umumnya.
Rasulullah di tampakkan keadaan para Nabi yang secara dzahir telah wafat.
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Laits. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Rumh telah mengabarkan kepada kami al-Laits dari Abu az-Zubair dari Jabir bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Ditampakkan kepadaku para nabi, ternyata Musa adalah salah satu jenis laki-laki seperti laki-laki bani Syanu’ah, dan aku melihat Isa bin Maryam Alaihissalam, ternyata dia mirip dengan orang yang telah aku lihat memiliki kemiripan dengannya, Urwah bin Mas’ud. Dan aku melihat Ibrahim Alaihissalam, ternyata dia mirip dengan orang yang aku lihat memiliki kemiripan dengannya, yaitu sahabat kalian (maksudnya beliau sendiri). Dan aku melihat Jibril Alaihissalam, ternyata dia mirip dengan orang yang pernah aku lihat memiliki kemiripan dengannya, yaitu Dahyah. (HR Muslim 244)
 Beliau melanjutkan sabdanya: Jibril naik bersamaku hingga mendatangi langit kedua, lalu dia berkata kepada penjaganya, ‘Bukakanlah’. Maka penjaganya berkata sebagaimana penjaga langit dunia (pertama). Lalu dia membukanya. Anas bin Malik berkata, Lalu dia menyebutkan bahwa dia mendapati pada langit-langit tersebut Adam, Idris, Isa, Musa, dan Ibrahim -semoga keselamatan terlimpahkan kepada mereka semuanya- dan dia tidak menyebutkan secara pasti bagaimana kedudukan mereka, hanya saja dia menyebutkan bahwa beliau menjumpai Adam di langit dunia, dan Ibrahim di langit keenam. (HR Muslim 238)

No comments: